Konsep Desain Pembelajaran
Berkaitan dengan konsep desain pembelajaran ada tiga masalah yang disajikan diawal pertemuan.
1) Dosen belum dapat merancang pembelajaran yang menarik dan bervariasi.
2) Terdapat ketumpangtindihan antara unut pembelajaran.
3) Tidak ada keterkaitan yang jelas antara tujuan pembelajaran dan tes yang diberikan.
Berdasarkan masalah tersebut perlu dilakukan desain pembelajaran. Baik itu guru maupun dosen, pokonya atas nama cinta. Ups.., salah. Atas nama kegiatan pembelajaran.
Desain pembelajaran dikenal juga dengan istilah instructional design = in-struc-tion-al de-sign. Yaitu proses dimana instruksi ditingkatkan melalui analisis kebutuhan pembelajaran dan pengembangan sistematis bahan pembelajaran. Desain instruksional sering menggunakan teknologi dan multimedia sebagai alat untuk mengingkatkan instruksi. Biasanya dengan menentukan metode, yang jika diikuti akan memfasilitasi transfer pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk penerima. instruksi. Untuk itu perlu memerhatikan ‘praktek terbaik’ dan metode pembelajaran yang inovatif untuk membuat model desain yang lebih efektif.
Desain pembelajaran terdiri dari lima fase:
1. analisis
2. desain
3. pengembangan
4. implementasi
5. evaluasi
Lima fase itu dilakukan secara berkelanjutan dengan perbaikan selalu menyertai perjalanan mereka. Bila melakukan perjalanan mengawali dengan anlisis-desain-pengembangan-implementasi-evaluasi akan kembali lagi ke analisis. Dan setiap tahap itu selalu akan ada perbaikan-perbaikan seperti prinsip orang Jepang. Tidak ada uji coba-uji coba. Semua terus berjalan dengan perbaikan di tengah jalan. Lima fase ini pun tersebut secara garis besar terdapat tiga tahap:
tahap I : Pengembangan pembelajaranl
tahap II : Pelaksanaan Kegiatan pembelajaran
tahap III : Evaluasi pembelajaran
Kembali kepada masalah yang disajikan diawal, bahwa pengajar kurang memerhatikan tingkat kesukaran dari suatu materi. Sehingga peserta didik merasa ada ketumpang tindihan dalam pembelajaran, peserta didik merasa antara tujuan dan evaluasi tidak berkaitan atau merasa pengajarnya tidak inovatif. Kalau ditinjau ulang, salah satu faktor yang mempengaruhi adalah ketidakpedulian pengajar memerhatikan tingkat kesulitan pada materi tertentu. Padahal sulit atau tidaknya suatu materi dapat dilihat pada kata kerja yang digunakan dalam indikator yang bergerak dari taksonomi Bloom. Kognitif-afektif-prikomotor.
Ranah Kognitif:
1. Pengetahuan (Knowledge)
2. Pemahaman (Comprehension)
3. Penerapan (Application)
4. Analisis (Analysis)
5. Sintesis (Synthesis)
6. Evaluasi (Evaluasion)
Ranah Afektif:
1. Penerimaan (Receiving)
2. Menanggapi (Respondinh)
3. Penanaman Nilai (Valuing)
4. Pengorganisasian (Organization)
5. Karakterisasi (Characterization)
Ranah Psikomotor
1. Pengamatan (Observing)
2. Peniruan (Imitation)
3. Pembiasaan (Practicing)
4. Penyesuian (Adapting)
- Tiga ranah bersama 15 kata kerja di atas dapat membantu pengajar untuk mendesain sebuah pembelajaran dengan pendekatan pengembangan kurikulum sebagai berikut:
Tanpa melupakan karaktertistik ID tersebut:
1. berorientasi pada peserta didik (student centered)
2. berorientasi pada tujuan (goal oriented)
3. fokus pada tujuan kinerja nyata (real world performance)
4. fokus pada kinerja yang dapat diukur secara valid dan reliabel
Dan selalu ingatlah dalam merancang sebuah desain pembelajaran yang efektif bahwa dalam pendidikan tidak ada yang bodoh (pengajar-peserta didik), hanya belum baik. Makanya untuk menjadikannya baik diperlukan desain pembelajaran yang efektif dan inovatif.
Struktur Kognitif Manusia
Ausubel merupakan seorang tokoh yang mengemukakan bahwa struktur kognitif dapat disebut sebagai pengetahuan. Struktur kognitif seseorang tidak lain adalah organisasi pengetahuan faktual yang diperoleh dari lingkungan. Struktur kognitif terbentuk dari informasi lingkungan sebagai suatu stimulus dari lingkungan yang selalu berubah, maka struktur kognitif atau pengetahuan pun akan terus berkembang.
Menurut Piaget (1896) struktur kognitif merupakan mental framework yang dibangun seseorang dengan mengambil informasi dari lingkungan dan menginterpretasikannya, mereorganisasikannya serta mentransformasikannya. Sedangkan menurut tokoh yang bernama Ausabel ia mengemukakan bahwa struktur kognitif merupakan organisasi pengetahuan atau dengan kata lain bahwa struktur kognitif dapat disebut sebagai pengetahuan. Struktur kognitif seseorang tidak lain adalah organisasi pengetahuan faktual yang diperoleh dari lingkungan
Berkaitan dengan konsep desain pembelajaran ada tiga masalah yang disajikan diawal pertemuan.
1) Dosen belum dapat merancang pembelajaran yang menarik dan bervariasi.
2) Terdapat ketumpangtindihan antara unut pembelajaran.
3) Tidak ada keterkaitan yang jelas antara tujuan pembelajaran dan tes yang diberikan.
Berdasarkan masalah tersebut perlu dilakukan desain pembelajaran. Baik itu guru maupun dosen, pokonya atas nama cinta. Ups.., salah. Atas nama kegiatan pembelajaran.
Desain pembelajaran dikenal juga dengan istilah instructional design = in-struc-tion-al de-sign. Yaitu proses dimana instruksi ditingkatkan melalui analisis kebutuhan pembelajaran dan pengembangan sistematis bahan pembelajaran. Desain instruksional sering menggunakan teknologi dan multimedia sebagai alat untuk mengingkatkan instruksi. Biasanya dengan menentukan metode, yang jika diikuti akan memfasilitasi transfer pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk penerima. instruksi. Untuk itu perlu memerhatikan ‘praktek terbaik’ dan metode pembelajaran yang inovatif untuk membuat model desain yang lebih efektif.
Desain pembelajaran terdiri dari lima fase:
1. analisis
2. desain
3. pengembangan
4. implementasi
5. evaluasi
Lima fase itu dilakukan secara berkelanjutan dengan perbaikan selalu menyertai perjalanan mereka. Bila melakukan perjalanan mengawali dengan anlisis-desain-pengembangan-implementasi-evaluasi akan kembali lagi ke analisis. Dan setiap tahap itu selalu akan ada perbaikan-perbaikan seperti prinsip orang Jepang. Tidak ada uji coba-uji coba. Semua terus berjalan dengan perbaikan di tengah jalan. Lima fase ini pun tersebut secara garis besar terdapat tiga tahap:
tahap I : Pengembangan pembelajaranl
tahap II : Pelaksanaan Kegiatan pembelajaran
tahap III : Evaluasi pembelajaran
Kembali kepada masalah yang disajikan diawal, bahwa pengajar kurang memerhatikan tingkat kesukaran dari suatu materi. Sehingga peserta didik merasa ada ketumpang tindihan dalam pembelajaran, peserta didik merasa antara tujuan dan evaluasi tidak berkaitan atau merasa pengajarnya tidak inovatif. Kalau ditinjau ulang, salah satu faktor yang mempengaruhi adalah ketidakpedulian pengajar memerhatikan tingkat kesulitan pada materi tertentu. Padahal sulit atau tidaknya suatu materi dapat dilihat pada kata kerja yang digunakan dalam indikator yang bergerak dari taksonomi Bloom. Kognitif-afektif-prikomotor.
Ranah Kognitif:
1. Pengetahuan (Knowledge)
2. Pemahaman (Comprehension)
3. Penerapan (Application)
4. Analisis (Analysis)
5. Sintesis (Synthesis)
6. Evaluasi (Evaluasion)
Ranah Afektif:
1. Penerimaan (Receiving)
2. Menanggapi (Respondinh)
3. Penanaman Nilai (Valuing)
4. Pengorganisasian (Organization)
5. Karakterisasi (Characterization)
Ranah Psikomotor
1. Pengamatan (Observing)
2. Peniruan (Imitation)
3. Pembiasaan (Practicing)
4. Penyesuian (Adapting)
- Tiga ranah bersama 15 kata kerja di atas dapat membantu pengajar untuk mendesain sebuah pembelajaran dengan pendekatan pengembangan kurikulum sebagai berikut:
- berbasis bidang ilmu
- berbasis kompetensi
- berbasis relevansi personal
- berbasis isi sosial
- Atau dengan model pengembangan sistemik: - desain pembelajaran yang disebut juga dengan instructional design (ID)
- Sistemik, dengan logical steps berdasarkan prinsip-prinsip ID
- Strctrure, kesesuaian antara target kompetensi dengan strategi pembelajaran
Tanpa melupakan karaktertistik ID tersebut:
1. berorientasi pada peserta didik (student centered)
2. berorientasi pada tujuan (goal oriented)
3. fokus pada tujuan kinerja nyata (real world performance)
4. fokus pada kinerja yang dapat diukur secara valid dan reliabel
Dan selalu ingatlah dalam merancang sebuah desain pembelajaran yang efektif bahwa dalam pendidikan tidak ada yang bodoh (pengajar-peserta didik), hanya belum baik. Makanya untuk menjadikannya baik diperlukan desain pembelajaran yang efektif dan inovatif.
Struktur Kognitif Manusia
Ausubel merupakan seorang tokoh yang mengemukakan bahwa struktur kognitif dapat disebut sebagai pengetahuan. Struktur kognitif seseorang tidak lain adalah organisasi pengetahuan faktual yang diperoleh dari lingkungan. Struktur kognitif terbentuk dari informasi lingkungan sebagai suatu stimulus dari lingkungan yang selalu berubah, maka struktur kognitif atau pengetahuan pun akan terus berkembang.
Menurut Piaget (1896) struktur kognitif merupakan mental framework yang dibangun seseorang dengan mengambil informasi dari lingkungan dan menginterpretasikannya, mereorganisasikannya serta mentransformasikannya. Sedangkan menurut tokoh yang bernama Ausabel ia mengemukakan bahwa struktur kognitif merupakan organisasi pengetahuan atau dengan kata lain bahwa struktur kognitif dapat disebut sebagai pengetahuan. Struktur kognitif seseorang tidak lain adalah organisasi pengetahuan faktual yang diperoleh dari lingkungan